Rabu, 21 Agustus 2013

Karakteristik Dan Dimensi Hubungan Dalam Konseling


Karakteristik Dan Dimensi Hubungan Dalam Konseling
Inti dari proses terapeutik adalah hubungan yang dibangun antara konselor dan klien. Dalam bab sebelumnya, pentingnya sikap klien dalam konseling ditekankan. Dalam bab ini, kami meneliti sikap dari konselor sebagai variabel dalam hubungan dan bagaimana hubungan itu digunakan untuk membantu klien. Hubungan itu penting dalam konseling dan psikoterapi karena merupakan media utama untuk memunculkan perasaan dan penanganan permasalahan yang bertujuan mengubah perilaku klien. Dengan demikian, kualitas hubungan tidak hanya menentukan perubahan pada diri klien, tetapi juga meyakinkan klien untuk melanjutkan konseling atau tidak.
Dalam hubungan konseling ada klien yang tidak bersedia melakukan hubungan interpersonal yang efektif. Tugas dari para psikoterapis adalah menciptakan hubungan yang baik dengan klien, sehingga antara keduanya merasa nyaman.  Menurut Pepinsky (1954) hubungan atau relationship berarti hubungan yang mengacu kepada pengaruh elemen-elemen emosional dari suatu interaksi, di mana hubungan ini didasarkan pada observasi terhadap sikap atau tingkah laku klien. Dalam teori yang sebenarnya, hubungan berarti menyediakan suatu jembatan dasar untuk mengaktualisasikan kepribadian dari dua orang untuk menciptakan suatu kontak.
A.         Keunikan Dan Keumuman Proses Konseling
Hubungan adalah unik. Faktor-faktor yang menciptakan keunikan ini adalah beragam seperti perbedaan manusia. Faktor-faktor yang unik termasuk sikap konselor, perilaku dan karakteristik fisik, di samping sikap klien, latar belakang, dan perilaku yang dibahas dalam bab sebelumnya. Keunikan ini membuat generalisasi tentang kesulitan konseling. Aspek lain dari keunikan dalam hubungan terapeutik adalah perbedaan pada setiap hubungan manusia. Di mana teman-teman, kerabat, dan guru memiliki pengaruh besar pada perilaku. Satu elemen yang unik dari suatu nasihat adalah strukturnya direncanakan dengan baik dan dijelaskan dalam kerangka prosesnya.
Elemen lain yang unik yang membedakan hubungan konseling adalah kemampuan konselor untuk bersikap objektif serta terlibat secara emosional. Karena intim struktur, sifat, dan sikap hubungan konseling juga memiliki kesamaan dengan situasi manusia lainnya, misalnya, keluarga, persahabatan, guru-murid, dokter-pasien, dan pendeta-jemaat. Dalam arti lain, hubungan konseling adalah perluasan dari proses kehidupan secara efektif.



B.           Keseimbangan Objektifitas Dan Subjetivitas Dalam Proses Konseling
Cara kedua untuk melihat hubungan adalah dari keseimbangan objektivitas dan subjektifitas (Oppenheimer 1954). Keseimbangan ini mengacu pada tingkat emosional dan hal-hal yang mempengaruhi intelektual dan elemen emosional. Objektivitas mengacu pada lebih kognitif, scientific dan generiknya suatu hubungan. Di mana klien dianggap sebagai obyek belajar atau sebagai bagian dari penderitaan manusia yang luas. Oleh karena itu, konselor akan memberikan pandangan kepada klien dan nilai-nilai tanpa penilaian pribadi. Arti perilaku konselor untuk klien adalah bahwa mereka merasa konselor menghormati pandangan mereka, tidak memaksakan gagasan-nya pada mereka, dan melihat masalah mereka rasional dan analitis. Mereka ingin konselor untuk terlibat secara emosional dan menjadi pribadi yang bersangkutan tentang mereka.
Elemen subjektif dimaksudkan adalah sikap kehangatan dan psikologis kedekatan serta keterkaitan yang mendalam pada masalah klien. Perilaku ini sering digambarkan sebagai kepedulian. Sebaliknya, beberapa klien menganggap keterlibatan konselor sebagai ancaman, karena mereka adalah “mengirimkan” untuk kontrol atau “mengungkapkan” diri orang lain. Seorang klien melihat konselor, sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang atas kebutuhan klien tersebut. Sifat interaksi emosional tampaknya menjadi variabel kunci yang menentukan kualitas hubungan, atau pertemuan.
Dalam konseling objektivitas dan subjektivitas haruslah harmonis, di mana konselor mengoperasikan dua posisi dan menggabungkan kedua elemen tersebut. Objektivitas diperlukan dalam mendiagnosa, sementara subjektivitas diperlukan dalam membangun suasana/iklim konseling itu sendiri.

C.           Keseimbangan Kejelasan Proses Konseling

Bordin (1955), menyatakan ambiguitas merupakan karakteristik dari suatu situasi stimulus di mana orang-orang merespon secara berbeda dan tidak ada respon yang jelas ditunjukkan. Hubungan konseling adalah kabur dan ambigu untuk klien. Ambiguitas melayani fungsi yang memungkinkan klien untuk proyek perasaan ke dalam situasi konseling. Proses memproyeksikan perasaan klien bantu untuk menjadi sadar dan peduli tentang perasaan mereka, sehingga memungkinkan konselor untuk mengetahui dan berurusan dengan mereka melalui memperjelas teknik konseling. Terlalu banyak ambiguitas pada klien menyebabkan keanehan dalam berhubungan di mana klien harusnya merasa aman dan terstruktur dalam hubungannya.
Ada beberapa kebingungan dalam hubungan jika konselor terlalu menjelaskan kepribadian kepada klien atau menjadi terlalu akrab dengan klien. Misalnya, konselor berperilaku lebih seperti seorang teman dibanding seorang konselor. Jika konselor terlalu ramah dengan klien dalam arti bahwa mereka membiarkan diri mereka dikenal terlalu dini serta-digambarkan kepribadian,
konselor akan menemukan bahwa mereka merasa terdorong untuk “bertindak sendiri” terlalu kuat dalam situasi wawancara. Jadi, wawancara mungkin didorong dalam arah pembicaraan sosial atau pertemanan yang intim. Isu ini merupakan kontroversial, karena ada beberapa literatur yang menekankan pada pentingnya seorang konselor untuk bersikap ramah dengan klien.

D.           Keseimbangan Tanggung Jawab Dalam Proses Konseling
Tanggung jawab atau menerima klien dalam hubungan konseling menyiratkan kesediaan pada akuntabilitas dari konselor untuk memikul beberapa tanggung jawab atas hasil konseling dan beberapa kesediaan untuk berbagi dalam masalah klien. Klien memiliki tanggung jawab juga, yang mereka menganggap sebagian besar itu adalah masalah mereka dan perilaku yang dipertaruhkan. Konselor berbeda dalam penafsiran mereka tentang tanggung jawab. Kami merasa bahwa konselor tidak bertanggung jawab untuk menjalankan hidup klien atau memilih nasihat. Bahwa klien bertanggung jawab untuk menetapkan tujuan konseling karena dia memiliki masalah. Konselor mempunyai lebih banyak pengaruh dari yang mereka sadari karena mereka mempunyai kekuasaan dan status sebagai penyembuh. Tanggung jawab konselor untuk masyarakat yang lebih luas dibahas pada bagian berikutnya pada etika.
E.           Keseimbangan Aspek Kognitif Dan Afeksi Dalam Roses Konseling
Dalam konseling, hubungan antara konselor dan klien terdapa keseimbangan antara aspek kognitif dan konatif dan atau afektif. Aspek kognitif menyangkut proses intelektual seperti pemindahan informasi, pemberian nasehat, atau penafsiran. Sedangkan aspek konatif dan afektif mengacu pada aspek ekspresi perasaan dan sikap.
         Keseimbangan aspek kognitif dan afeksi dalam proses konseling  membantu klien untuk meyakini bahwa berpikir dapat ditantang dan diubah.Upaya dalam proses konseling untuk mengembangkan kemampuan klien dalam mengentaskan masalahnya harus diimbangi dengan kemampuan atau kecakapan klien maupun konselor.
         Kemampuan berpikir, tindakan, sikap dalam proses konseling sangat menentukan hasil akhir dari proses konseling tersebut karena proses konseling berjalan dengan sempurna tanpa ada hambatan sama sekali  sehingga memudahkan jalannya konseling dengan cepat terselesaikannya masalah yang dihadapi oleh klien.

1 komentar:

  1. Casino Slots | Dr.MCD
    Check out 화성 출장샵 our latest reviews, 남원 출장안마 compare slot machine games and find a game 밀양 출장안마 you like Slots 화성 출장안마 are games, not video slots. 대전광역 출장샵 · Casino Games:

    BalasHapus