Kamis, 22 Agustus 2013

Konseling Sebagai Proses Psikologis.


Konseling Sebagai Proses Psikologis.
A.    PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu interaksi antara konselor dan konseli yang merupakan suatu kondisi yang membuat konseli terbantu dalam mencapai perubahan yang lebih baik.  Bila dicermati, pada hakekatnya konseling itu bersifat psikologis. Namun dalam proses atau impelementasinya terdapat kesalahan atau kerancauan dalam memahami antara konseling dan psikoterapi (psikologi). Baik itu dalam proses maupun pendekatan.
Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Butuh proses yang merupakan waktu untuk membantu klien dalam memecahkan masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu pertemuan. Permasalahan klien yang kompleks dan cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa kali dalam pertemuan secara berkelanjutan
                  Konseling yang lengkap meliputi lima proses, yaitu : Proses pengantaraan, penjajagan, penafsiran, pembinaan, dan penilaian/pengembangan. Sasaran kelima prose situ adalah gatra-gatra yang ada pada diri individu (klien) berkenaan dengan tingkah lakunya yang bermasalah dengan segenap latar belakang dan sangkut pautnya.
            Selain melalui penahapan juga harus dengan diiringi dengan sebuah pendekatan yang tepat agar jalannya konseling dapat berjalan dengan baik.
2.      Rumusan Masalah
            Guna melancarkan dalam penulisan atau agar tidak melebarnya pokok pembahasan maka kami dari penulis membuat rumusan masalah adapun rumusan masalah itu adalah :
a.       Apakah benar konseling sebagai proses psikologis.
b.      Bagaimana dengan aspek psikologis dalam konseling
c.       Seperti apa perbedaan antara konseling dan psikoterapi.
d.      Adakah unsur-unsur yang terdapat dalam konseling.
e.       Seperti apa proses konseling itu.
3.      Tujuan penulisan atau perumusan masalah
a.       Ingin mengetahui apakah benar konseling itu sebagai proses psikologis.
b.      Ingin mengetahui aspek psikologis dalam konseling
c.       Ingin mengetahui perbedaan antara konseling dan psikoterapi
d.      Ingin mengetahui unsur-unsur dalam konseling
e.       Ingin mengetahui bagaimana proses konseling.
f.       Bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah psikologi konseling.

B.     Konseling sebagai proses psikologis
Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu interaksi antara konselor dan konseli yang merupakan suatu kondisi yang membuat konseli terbantu dalam mencapai perubahan yang lebih baik.  Bila dicermati, pada hakekatnya konseling itu bersifat psikologis. Dari sisi tujuan, proses serta konsep yang tercakup menunjukkan bukti bahwa konseling merupakan proses psikologis. Dari sisi tujuannya, rumusan tujuan konseling itu adalah berupa pernyataan yang menggambarkan segi-segi psikologis (perilaku) dalam diri klien; dari prosesnya, seluruh proses konseling merupakan proses kegiatan yang bersifat psikologis; dan dilihat dari teori atau konsepnya, konseling bertolak dari teori-teori atau konsep-konsep psikologi. Dari hakekatnya sebagai hubungan yang bersifat membantu dan sebagai proses psikologis, konseling memberikan pengalaman belajar yang baru kepada klien. Bagi individu yang berada dalam rentangan normal, konseling merupakan lingkungan yang sedemikian rupa dapat membantu memberikan pengaruh utnuk mengurangi hambatan ke arah perwujudan diri yang lebih baik. Bagi individu yang menghadapi gangguan psikologis, konseling dapat membantu memperbaiki keadaan sehingga yang bersangkutan kembali ke keadaan normal dan lebih baik. Dalam konseling, konselor harus mampu menciptakan interaksi konseling sedemikian rupa sehingga pada akhirnya klien memperoleh sesuatu yang baru yang belum pernah mereka miliki sebelumnya. Bilamana konselor gagal dalam memberikan pengalaman baru kepada kliennya, maka itu berarti konseling telah gagal.  Semua teori pada dasarnya secara eksplisit atau implisit sepakat bahwa konseling harus merupakan pengalaman baru yang memberikan kesempatan kepada orang untuk memandang dirinya sendiri dan hidup secara berbeda, untuk mengalami dan menyatakan perasaan secara berbeda, dan untuk berperilaku dalam cara-cara yang baru. Merujuk pada pandangan Nelson (1982), sekurang-kurangnya ada enam macam pengalaman baru yang dapat diperoleh oleh klien dalam proses konseling, yaitu:
  1. Mengenal Konflik-Konflik Internal  Konseling membantu orang untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang dialaminya sesungguhnya bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam dirinya dan bukan karena situasi di luar dirinya. Pada umumnya orang menganggap bahwa masalah yang dihadapinya disebabkan oleh hal-hal di luar dirinya. Melalui konseling klien dibantu untuk menyadari bahwa masalah psikologis yang dihadapinya sesungguhnya berada di dalam dirinya, apa yang ada di luar dirinya merupakan faktor yang mempengaruhi. Sedangkan faktor yang menentukan ada di dalam dirinya sendiri. Dengan demikian masalah-masalah yang dibawa ke konseling sebenarnya berada dalam pribadi klien. Ada 3 macam faktor-faktor internal yang menyebabkan konflik dalam diri individu, yaitu:
(1) penilaian negatif terhadap diri sendiri,
(2) keharusan psikologis,
(3) konflik kebutuhan
2. Menghadapi Realitas Banyak orang menghadapi berbagai masalah dalam dirinya karena kekurang mampuannya menghadapi realitas.  Mereka tidak mengetahui realitas yang sebenarnya, atau mengetahui dengan salah atau kelliru, atau hanya mengetahui sebagian kecil saja. Konseling sesungguhnya merupakan kesempatan untuk membantu individu dalam menghadapi realitas secara efektif. Proses konseling dapat membantu seseorang untuk memperoleh suatu pengalaman yang sedemikian rupa sehingga mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang realitas dan mampu menghadapinya secara efektif.  Ada tiga hal yang pada umumnya menjadi sebab orang kurang mampu menghadapi realitas, yaitu menghindar, generalisasi berlebihan, dan menyalahkan.
3. Mengembangkan diri
                  Konseling merupakan pengalaman yang dapat membawa orang untuk menemukan siapa dia sesungguhnya dan hidup sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Bila orang mengetahui siapa dia secara benar, mereka akan menyadari hal-hal yang spesifik dirinya antara lain mengenai kebutuhannya, nilai- nilainya, sikap-sikapnya, motifnya, kekuatan dan kelemahannya,dsb. Karena ia memahami benar tentang dirinya, maka ia akan memanfaatkan waktu dan dirinya sesuai dengan peta psikologisnya untk mencapai perkembangan optimal dan kebahagiaan dirinya. Di samping itu pemahaman tentang realitas diri perlu diimbangi dengan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif.  Dalam kaitan dengan konseling ada tiga hal yang berkenaan dengan masalah kurangnya tilikan, yaitu gambaran atau kesan palsu, saringan psikologis, kebingungan.
4 Memulai Suatu Hubungan Baru
Konseling memberi peluang kepada orang untuk memperoleh suatu jenis hubungan baru yang mungkin belum diperoleh sebelumnya. Dalam konsleing, klien berinteraksi dengan konselor dalam serangkaian wawancara konseling. Selama interaksi ini klien akan menghayati suatu hubungan baru yang dapat mengembangkan keadaan pribadinya. Konselor yang efektif adalah seorang yang sehat secara psikologis, peduli kepada orang lain dalam konseling, mengetahui pengetahuan tentang perilaku, dan memiliki keterampilan untuk membantu orang lain. Dengan kualitas seperti ini, klien yang berinteraksi dengan konselor, akanmemperoleh pengalaman baru yang mungkin belum diperoleh sebelumnya atau dalam hubungan-hubungan lainnya. Mungkin ada seseorang yang pernah berhubungan dengan orang yang sehat psikologis tetapi kurang memiliki keterampilan membantu akan tetapi kurang memiliki pengetahuan tentang perilaku.
5 Meningkatnya Kebebasan Psikologis
Banyak orang menghadapi kesulitan dan masalah karena dalam dirinya terdapat kekurang bebasan dalam menayatakan hal-hal yang bersifat psikologis. Misalnya merasa takut untuk berbeda pendapat dengan orang lain, malu mengakui kesalahan diri sendiri atau kesalahan orang lain, merasa tidak bebas untuk menyatakan perasaan tertentu, dsb.  Konseling pada hakekatnya memberikan kesempatan kepada individu untuk mampu menyatakan dirinya secara bebas dan benar. Dalam konsleing, individu dibantu untuk bagaimana menyatakan hal-hal yang bersifat psikologis dengan cara yang dapat dibenarkan. Beberapa kebebasan psikologis yang dapat dikembangkan melalui konseling yaitu kebebasan untuk mengakui ketidaksempurnaan diri sendiri, mempertanggungjawabkan perilaku sendiri, mengecewakan orang lain, dan untuk menyatakan perasaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar